Pentingnya Literasi informasi  dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Pentingnya Literasi informasi  dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Miranda Az,Zahra , Erfan Ma’arif

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam , Universitas Islam Negeri Antasari, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

Kemajuan teknologi informasi sudah memberikan banyak kemudahan bagi umat manusia dalam hal mengakses informasi. Kehadiran teknologi ini memfasilitasi pengolahan dan transformasi data menjadi informasi yang berguna. Selain itu, teknologi informasi berperan dalam menyelesaikan masalah, merangsang kreativitas, dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai aktivitas manusia (Kamalie, 2011).

Perpustakaan berfungsi sebagai tempat untuk mempromosikan budaya literasi, yang melibatkan kemampuan membaca dan menulis. Penguasaan literasi menjadi suatu aspek krusial bagi setiap individu dalam mengembangkan kompetensi dan keterampilan mereka, sehingga tidak terpinggirkan oleh kemajuan peradaban manusia. Literasi, yang mencakup kegiatan membaca, juga memiliki relevansi dengan ajaran agama Islam, sebagaimana yang terdapat dalam perintah pertama yang diturunkan, yaitu “iqra” atau bacalah. Dalam era informasi saat ini, literasi menjadi hal yang sangat esensial, dan penting untuk ditanamkan sejak dini sebagai dasar pendidikan sepanjang hidup (Nasrullah, 2020).

Secara simpel, literasi informasi menurut American Library Association (ALA) dapat diartikan sebagai serangkaian keterampilan yang diperlukan seseorang untuk menyadari kapan informasi diperlukan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan efektif (American Library Association, 1989). Literasi informasi, terutama dalam konteks nasional, menjadi langkah krusial dalam mengatasi kesenjangan digital dengan menciptakan warga negara yang terampil dalam hal informasi, masyarakat sipil yang efektif, dan tenaga kerja yang berdaya saing. Peran teknologi dan digitalisasi perpustakaan diakui sebagai kemajuan positif, menciptakan sumber informasi berkualitas yang dapat diakses kapan saja. Pentingnya literasi informasi ditekankan sebagai perhatian semua sektor masyarakat, yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks spesifik masing-masing (Andi Windah, 2020). Survei terbaru oleh Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan peningkatan literasi digital di Indonesia, dengan peningkatan pada kecakapan digital, etika digital, dan keamanan digital. Meskipun demikian, literasi digital tetap menjadi fokus untuk menghadapi tantangan informasi di era saat ini (Himayah, 2021).

Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Halim pada tahun 2021, berjudul “LITERASI INFORMASI MAHASISWA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam UIN Antasari Banjarmasin),” menerapkan model The Big 6. Menurut peneliti, pemilihan model ini dilatarbelakangi oleh cakupan yang luas dan fleksibilitas dalam pengembangan literasi informasi secara linear. Model ini juga memberikan perhatian khusus pada aspek-aspek terkait penggunaan dan digitalisasi informasi, serta kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Literasi informasi mahasiswa, yang dianalisis melalui teori The Big 6, mencakup enam tahap:

1. Identifikasi informasi

2. Strategi pencarian informasi

3. Lokasi dan akses informasi

4. Pemanfaatan informasi

5. Mensintesis informasi

6. Mengevaluasi hasil

Temuan penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi subjek penelitian memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan model The Big 6. Beberapa hambatan yang dihadapi mahasiswa disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kendala dalam kelancaran mengakses internet, terutama bagi mereka yang berada di daerah dengan akses internet yang terbatas. Kelebihan penelitian ini terletak pada penggunaan model The Big 6 dengan teliti dan rinci. Sementara itu, kekurangannya terkait dengan cakupan objek penelitian yang terbatas hanya pada satu kelas, sehingga generalisasi temuan menjadi terbatas.

Penelitian kedua membahas Pendidikan Masyarakat yang berjudul “LITERASI INFORMASI DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MASYARAKAT,” yang ditulis oleh Dinno Mulyono dan Ansori. Dalam konteks pemanfaatan teknologi dan informasi dalam masyarakat, penelitian ini menyoroti perlunya sebuah kerangka menyeluruh, terutama berhubungan dengan pendidikan di satuan Pendidikan Masyarakat. Fokusnya mencakup berbagai pendekatan dalam mengelola informasi guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, tidak hanya terbatas pada pengembangan kompetensi membaca, menulis, dan berhitung, melainkan juga pada manajemen informasi untuk memberikan makna dan manfaat bagi kualitas kehidupan masyarakat. Model pembelajaran dapat dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung program pemberdayaan, termasuk memberdayakan satuan pendidikan masyarakat guna mendukung pemanfaatan informasi dalam meningkatkan kapasitas masyarakat. Dalam perkembangan kehidupan yang cepat dan canggihnya teknologi informasi, saling menguatkan antar sistem pendidikan menjadi mungkin, menjadikan literasi informasi dan implikasinya terhadap pengembangan program pendidikan masyarakat sebagai fokus utama saat ini dan di masa depan. Keterlambatan penguatan literasi informasi berpotensi terhambatnya kualitas pendidikan masyarakat, karena terdapat perbedaan antara tantangan dan solusi yang diberi oleh pendidikan dimasyarakat. Meskipun penelitian ini memaparkan pandangan para ahli dan teori relevan, tidak ada observasi atau wawancara langsung yang dilakukan oleh penulis.

Penelitian selanjutnya, berjudul “MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI MELALUI OPTIMALISASI PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT,” ditulis oleh Maisyaroh Sinaga, Achiriah, dan Ismail. Tujuan penelitian ini ialah untuk memahami pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Azka Asahan dengan tujuan meningkatkan literasi informasi masyarakat. Jenis penelitian ini ialah kualitatif dengan pendekatan deskriptif, menggunakan teknik wawancara, observasi, serta dokumentasi dalam pengumpulan data. Hasilnya menunjukkan bahwa pengoptimalan TBM Azka Asahan sudah maksimal, dengan pengelolaan yang baik dari perencanaan hingga evaluasi. Program-program yang diimplementasikan di TBM Azka Asahan efektif dalam peningkatan literasi informasi di masyarakat. Meskipun pengelola harus menghadapi berbagai kendala, TBM Azka Asahan diharapkan terus meningkatkan kualitasnya agar lebih menarik minat masyarakat. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya akan membahas tingkat pemahaman literasi informasi masyarakat dan kendala yang dihadapi dalam penelusuran informasi. Penelitian ini penting untuk mengidentifikasi cara efektif meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengakses informasi melalui literasi informasi, serta memahami bagaimana literasi informasi dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu yang relevan sebagai landasan untuk menganalisis. Referensi utama yang digunakan oleh peneliti adalah yang ditulis oleh Abdul Halim pada tahun 2021 yang berjudul “LITERASI INFORMASI MAHASISWA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI (Studi Kasus Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam UIN Antasari Banjarmasin)”. Latar belakang umum dari penelitian ini yaitu urgensi literasi informasi yang Sebagian besar individu perlu memiliki, terutama mahasiswa di era informasi yang begitu melimpah saat ini. Subjek penelitian adalah mahasiswa IPII UIN Antasari Banjarmasin Kampus 1 Lokal B angkatan 2017. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menilai literasi informasi mahasiswa IPII di era teknologi dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi mahasiswa dalam mencari informasi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa mahasiswa IPII UIN Antasari Banjarmasin kampus 1 memiliki literasi informasi yang baik, seiring dengan langkah-langkah yang diikuti sesuai dengan model literasi The Big 6. Tingkat Literasi informasi mahasiswa tersebut juga sesuai dengan standar kompetensi ACRL (Association of College & Research Libraries). Kelebihan penelitian ini meliputi keakuratan pemilihan teori dan formulasi masalah. Namun, kekurangan penelitian ini adalah keterbatasan cakupan objek observasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengembangkan lebih lanjut dari penelitian terdahulu

Jenis penelitian jurnal kali ini adalah jenis penelitian kualitatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian, meliputi perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan, secara holistik dan deskriptif menggunakan kata-kata dan bahasa (Moleong Lexy J. 2005). Oleh karena itu, penelitian ini sesuai dengan tujuan dan konteks pembahasannya.

Salah satu konsep awal mengenai masyarakat adalah sebagai “a union of families” atau suatu gabungan keluarga. Masyarakat pada dasarnya berkembang dari hubungan antarindividu, membentuk kelompok yang semakin besar hingga menjadi entitas sosial yang disebut sebagai masyarakat (Khairuddin, H. 2013). Fokus penelitian ini adalah pada masyarakat yang lahir pada rentang tahun 1980-2000, dengan subjek penelitian adalah kemampuan literasi informasi, yang diukur menggunakan model the Big 6.

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara untuk mendapatkan informasi dari responden. Sementara itu, analisis data dilakukan melalui pendekatan analisis naratif, di mana peneliti mengumpulkan deskripsi peristiwa maupun kejadian, kemudian disusun menjadikannya cerita dengan alur tertentu (ST. Zakiah Darmanita, 2020). Penelitian naratif ini melibatkan laporan yang menceritakan urutan peristiwa secara rinci, dengan menggambarkan kehidupan individu dan mengumpulkan cerita tentang pengalaman mereka (Clandinin, D. Jean. 2007).

Perkembangan teknologi informasi yang cepat saat ini berakibat pada kemudahan akses masyarakat terhadap berbagai informasi. Meskipun demikian, keterampilan mencari sumber berkualitas, mengelola data, dan memilah informasi tetap diperlukan untuk peningkatan kualitas kehidupan dan pemberdayaan masyarakat. Identifikasi kebutuhan dasar menjadi kunci dalam pengembangan literasi informasi di tengah masyarakat (Dinno Mulyono, 2019).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden memiliki preferensi terhadap informasi yang faktual, akurat, terkini, menarik, dan bermanfaat. Mereka menggunakan berbagai sumber, termasuk media online, cetak, dan berbagai media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok. Sikap kritis tercermin dalam pemilihan berita berdasarkan judul dan evaluasi menyeluruh terhadap informasi yang diperoleh. Sumber utama informasi mereka adalah platform berita terkemuka seperti Kompas.com, Tempo.co, dan CNN Indonesia.

Responden juga aktif mengaitkan informasi dengan pengetahuan sebelumnya, menimbangnya dengan sumber lain, dan memiliki pemahaman yang baik untuk mengidentifikasi keakuratan informasi. Kesadaran terhadap berita palsu tetap tinggi, terutama dari media sosial. Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden telah mengembangkan literasi informasi solid dengan sikap kritis dan hati-hati terhadap informasi.

Pentingnya literasi informasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tergambar dari kemampuan responden dalam mengakses sumber daya kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang terpercaya. Literasi informasi dapat membantu masyarakat membuat keputusan yang jauh lebih baik dan memiliki peran penting dalam pemberdayaan masyarakat (Hendi Prasetyo, 2021). Hasil penelitian menegaskan bahwa literasi informasi memiliki dampak positif pada kesejahteraan masyarakat, termasuk dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Perkembangan abad informasi telah menciptakan masyarakat informasi, di mana manusia menduduki tempat yang begitu penting dalam proses produksi berbasis informasi. Fase ini dimulai sejak revolusi industri dengan ditemukannya mesin bertenaga uap sebagai pilar pertama ekonomi global. Masyarakat informasi lebih menitikberatkan pada pengetahuan dan informasi, mencerminkan peran penting manusia dalam produksi ekonomi (Joko S. Prianto, 2019).

Mahasiswa, sebagai bagian dari akademisi, sering menghadapi kesulitan dalam mencari informasi untuk tugas dan pengembangan ilmu. Adanya generasi Google membuat mereka cenderung mengandalkan berbagai laman untuk mencari informasi. Namun, ketergantungan ini dapat menghambat proses belajar dan mengurangi arti dari longlife learning, sehingga mahasiswa perlu mengembangkan keterampilan mencari informasi yang lebih efektif (Umar Fahlul Alam, 2016).

Dengan memiliki keterampilan literasi informasi, kita mendapatkan akses untuk membuka pintu pengetahuan yang lebih mendalam, membentuk pandangan kritis, dan membimbing langkah-langkah kita dalam menyelami dunia informasi yang luas. Kesimpulan ini menegaskan bahwa literasi informasi menjadi dasar penting untuk perkembangan intelektual dan pemahaman di era modern. Selain itu, literasi informasi memiliki peran signifikan dalam memberdayakan masyarakat, memungkinkan mereka membuat keputusan yang lebih baik dalam mengakses informasi serta sumber daya kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang dapat dipercaya. Menurut Perpustakaan Nasional, literasi informasi memainkan peran kunci dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden memiliki kecenderungan untuk mencari informasi yang faktual, akurat, terkini, menarik, dan bermanfaat. Sikap kritis mereka tercermin dalam pemilihan berita berdasarkan judul dan evaluasi menyeluruh terhadap informasi yang diterima. Setelah membaca informasi, responden aktif mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya dan menimbangnya dengan sumber lain untuk memastikan keakuratannya. Mereka juga memiliki pemahaman yang baik dalam mengidentifikasi apakah informasi yang diterima palsu atau tidak, dan responden telah mengambil tindakan bijak ketika menghadapi informasi palsu, yaitu tidak menyebarkannya dan mencari klarifikasi yang benar dari sumber terpercaya. Meskipun menyadari kesulitan dalam mengakses informasi yang dapat dipercaya, terutama terkait dengan informasi yang tidak akurat atau menyesatkan, responden tetap aktif mengakses lebih banyak berita fakta, dengan kesadaran tinggi terhadap potensi berita palsu, terutama dari media sosial.

Secara keseluruhan, hasil wawancara menunjukkan bahwa responden telah mengembangkan literasi informasi yang solid, dengan sikap kritis dan kehati-hatian terhadap informasi. Untuk penelitian berikutnya, bisa dipertimbangkan untuk melakukan wawancara mendalam atau pengamatan langsung guna memahami lebih detail faktor-faktor apa yang menyebabkan penurunan pemahaman literasi informasi di kalangan masyarakat.

Agus Iswanto, dkk. (2019). Praktik Literasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri: Antangan Dan Peluang Literasi Di Era Digital. Semarang : Kerjasama Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang dan Litbangdiklat Press.

Clandinin, D. Jean. (2007). Handbook of Narrative Inquiry: Mapping a Methodology. London, Sage Publications

Khairuddin, H. (2013). Sosiologi Keluarga Cetakan ke 2. Yogyakarta: Liberty

Moleong Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dinno Mulyono, & Ansori (2020) Literasi Informasi Dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Masyarakat. Jurnal com edu (community education journal)

Andi Windah,  Purwanto Putra, Renti Oktaria, Annisa Yulistia (2020) Kebutuhan Literasi Informasi Dan Digital Bagi Masyarakat Di Pekon Podosari Kecamatan Pringsewu Provinsi Lampung.Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan

American Library Association. (1989). ALA Presidential Committee on Information Literacy: Final Report, Washington, D.C.: American Library Association.

Hendi Prasetyo, & Heru Pasuko Rini (2021) Meningkatkan keterampilan literasi informasi masyarakat melalui program wisata literasi. BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi

Himayah (2021) Trategi Literasi Informasi Dalam Pencarian Referensi Ilman Keislaman, JURNAL PILAR: Jurnal Kajian Islam Kontemporer